Sabtu, 03 November 2012

KONSEP DASAR ASMA



KONSEP DASAR ASMA

A.      Pengertian
Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Asma adalah salah satu manifestasi gangguan alergi. Asma merupakan penyakit kronik dari saluran pernapasan yang hilang dan timbul diduga mempunyai hubungan yang erat dengan sistem imun dari tubuh.
Asma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyimpitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.

B.       Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
1.         Faktor Predisposisi
-          Genetik.
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
2.    Faktor Prepisitas
-          Alergen
Dimana alergen dapat dibagai menjadi 3 jenis, yaitu :
a.       Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
b.      Ingestan, yahg masuk melalui mulut.
Ex : Makanan dan obat-obatan
c.       Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Ex : perhiasan, logam, dan jam tangan

-          Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga,. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

-          Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
-          Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polusi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

-          Olahraga / aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas.

C.       Tanda / Gejala Asma
1.      Kesulitan bernafas
2.      Kenaikan denyut nadi
3.      Nafas berbunyi, terutama saat menghembuskan udara
4.      Batuk kering
5.      Kejang otot di sekitar dada
Adapun tingkatan klinik asma dapat dilihat pad atabel berikut dibawah ini :
Tingkatan
PO2
PCO2
pH
FEVI (% predicted)
Alkalosis respiratori ringan
Alkalosis respiratori
Tingkat waspada
Asidosis respiratori
Normal
Normal
Normal
65 – 80
50 – 64
35 – 49
< 35

Pada kasus asma sedang, hipoksia pada awalnya dapat dikompensasi oleh hiperventilasi sebagai refleksi dari PO2 arteri normal, menurunnya PO2 dan alkalosis respiratori. Pada obstruksi berat, ventilasi menjadi berat karena Fatigue menjadikan retensi CO2. pada hiperventilasi, keadaan ini hanya dapat dilihat sebagai PO2 arteri yang berubah menjadi normal. Akhirnya pada obstruksi berat yang diikuti kegagalan pernafasan dengan karakteristik hiperkapnia dan asedemia.

D.      Jenis-Jenis Asma
Asma dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1.      Asma interisik (berasal dari dalam)
Yang sebab serangannya tidak diketahui
2.    Asma eksterisik (berasal dari luar)
Yang pemicu serangannya berasal dari luar tubuh (biasanya lewat pernafasan).
Serangan asma dapat berlangsung singkat atau berhari-hari. Bisanya serangan dimulai hanya beberapa menit setelah timbulnya pemicu. Frekuensi asma berbeda-beda pada tiap penderita. Serangan asma yang hebat dapat menyebabkan kematian.

E.       Patofisiologi
Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan herediter utama. Peningkatan respon saluran nafas dan peradangan berhubungan dengan gen pada kromosom 5, 6,11, 12, 14 & 16 termasuk reseptor Ig E yang afinitasnya tinggi, kelompok gen sitokin dan reseptor antigen Y –Cell sedangkan lingkungan yang menjadi alergen tergantung individu masing-masing seperti influenza atau rokok.
Asma merupakan obstruksi saluran nafas yang reversible dari kontraksi otot polos bronkus, hipersekresi mukus dan edem mukosa. Terjadi peradangan di saluran nafas dan menjadi responsive terhadap beberapa rangsangan termasuk zat iritan, infeksi virus, aspirin, air dingin dan olahraga. Aktifitas sel mast oleh sitokin menjadi media konstriksi bronkus dengan lepasnya histamine, prostalgladine D2 dan leukotrienes. Karena prostagladin seri F dan ergonovine dapat menjadikan asma, maka penggunaanya sebagai obat-obat dibidang obstetric sebaiknya dapat dihindari jika memungkinkan.

F.        Pemeriksaan Laboratorium
1.      Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
-          Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
-          Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
-          Crede yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
-          Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

2.      Pemeriksaan darah
-            Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
-            Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
-            Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15000 / mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
-            Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

G.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut :
-            Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.
-            Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
-            Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltratepada paru.
-            Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
-            Bila terjadi penuomonia mediastinum, pneuomotoraks dan penuomoperi kardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.



2.     Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3.     Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjaid selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu :
-            Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
-            Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle Branch Block).
-            Tanda – tanda hipoksemia, yakni sinus tachycardia, SVES dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4.      Scanning Paru
Dengan scaning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5.      Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidka saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

6.      USG
Ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya sejak awal. Pemeriksaan denga USG dilakukan sejak usia kehamilan 12 – 20 minggu untuk mengetahui pertumbuhan janin. USG dapat diulang pada TM II dan TM III terutama bila derajat asmanya berada pada tingkat sedang – berat.

7.      Electronic Fetal Heart rate Monitoring
Untuk memeriksa detak jantung janin

H.      Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1.      Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2.      Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma.
3.      Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatannya yang diberikan dan bekerja sama dengan dokter atauperawat yang merawatnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 , yaitu :
1.      Pengobatan non Farmakologik.
-       Memberikan penyuluhan
-       Menghindari faktor pencetus
-       Pemberian cairan
-       Fisiotherapy
-       Beri O2 bila perlu

2.      Pengobatan Farmakologi
a.    Bronkodilator yang melebarkan saluran nafas
Seperti aminofilin atai kortikosteroid inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. Obat antiasma umumnya tidak berpengaruh negatife terhadap janin kecuali adrenalin.
-          Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin karena penyempitan pembuluh daraj ke janin yang dapat mengganggu oksigenasi pada janin tersebut.
-          Aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus
b.    Menangani serangan asma akut (sama dengan wanita tidak hamil), yaitu:
-          Memberikan cairan intravena
-          Mengencerkan cairan sekresi di paru
-          Memberikan oksigen (setelah pengukuran PO2, PCO2) sehingga tercapai PO2 lebih 60 mmHG dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal.
-          Cek fungsi paru
-          Cek janin
-          Memberikan obat kortikosteroid
c.         Menangani status asmatikus dengan gagal nafas
-          Secepatnya melakukan intubasi bila tidak terjadi perubahan setelah pengobatan intensif selama 30 – 60 menit.
-           Memberikan antibiotik saat menduga terjadi infeksi
d.        Mengupayakan persalinan
-          Persalinan  spontan dilakukan saat pasien tidak berada dalam serangan.
-          Melakukan ekstraksi vakum atau forseps saat pasien berada dalam serangan.
-          Seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tidak pernah dilakukan.
-          Meneruskan pengobatan reguler asma selama proses kelahiran.
-          Jangan memberikan analgesik yang mengandung histamin tetapi pilihlah morfin atau analgesik epidural.
-          Hati-hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostagladin E2 karena dapat menyebabkan bronkospasme.
e.         Memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu.
-          Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi akan mengalami gangguan pencernaan, gelisah dan gangguan tidur.
-          Obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam air susu sangat kecil


I.       Pengaruh Terhadap Kehamilan & Persalinan
1.      Keguguran
2.      Persalinan prematur
3.      Pertumbuhan janin terhambat
Kompensasi yang terjadi pada fetus adalah :
a.       Menurunnya aliran darah pada uterus
b.      Menurunnya venous return ibu
c.       Kurva dissosiasi oksi ttb bergeser ke kiri
Sedangkan pada ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi :
a.       Menurunnya aliran darah ke pusat
b.      Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik
c.       Menurunnya cardiac output
Perlu diperhatikan efek samping pemberian obat-obatan asma terhadap fetus, walaupun tidak ada bukti bahwa pemakaian obat – obat anti asma akan membahayakan asma.

J.         Pencegahan Agar Tidak Terjadi Serangan Asma Selama Hamil
1.      Jangan merokok
2.      Kenali faktor pencetus
3.      Hindari flu, batuk, pilek atau infeksi saluran nafas lainnya. Kalu tubuh terkena flu segera obati. Jangan tunda pengobatan kalu ingin asma kambuh.
4.      Bila tetap mendapat serangan asma, segera berobat untuk menghindari terjadinya kekurangan oksigen pada janin
5.      Hanya makan obat-obatan yang dianjurkan dokter.
6.      Hindari faktor risiko lain selama kehamilan
7.      Jangan memelihara kucing atau hewan berbulu lainnya.
8.      Pilih tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi, juga hindari lingkungan dalam rumah dari perabotan yang membuat alergi. Seperti bulu karpet, bulu kapuk, asap rokok, dan debu yang menempel di alat-alat rumah tangga.
9.      Hindari stress dan ciptakan lingkungan psikologis yang tenang
10.  Sering – sering melakukan rileksasi dan mengatur pernafasan.
11.  Lakukan olahraga atau senam asma, agar daya tahan tubuh makin kuat sehingga tahan terhadap faktor pencetus.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar