KONSEP DASAR PRE-EKLAMSIA
A. Pengertian
A. Pengertian
Pre eklampsia adalah
kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang
terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema. Dimana tekanan darah
meningkat selama masa kehamilan. Bila tekanan darah meningkat, tubuh menahan air,
dan protein bisa ditemukan dalam urin. Hal seperti ini juga disebut sebagai
toxemia atau pregnancy induced hypertension (PIH).
Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Setiap ibu hamil memiliki kemungkinan untuk mengalami preeklampsia.
Pre-eklampsia timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi kehamilan. Adapun fenomena yang berkaitan dengan kelainan pre-eklampsia ini adalah: hanya terjadi pada wanita hamil, kelainan sering terjadi pada primigravida, terkait dengan geografis/demografis/ etnis, mother-inherited, tidak sesuai mendelian sederhana, kelainan dapat terjadi berulang pada 17% kasus dan dapat terjadi dengan derajat klinis berbeda-beda, serta kelainan bersifat sistemik. Sampai saat ini preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan, serta menjadi penyebab utama pula kematian dan kesakitan maternal maupun perinatal di Indonesia.
Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Setiap ibu hamil memiliki kemungkinan untuk mengalami preeklampsia.
Pre-eklampsia timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi kehamilan. Adapun fenomena yang berkaitan dengan kelainan pre-eklampsia ini adalah: hanya terjadi pada wanita hamil, kelainan sering terjadi pada primigravida, terkait dengan geografis/demografis/ etnis, mother-inherited, tidak sesuai mendelian sederhana, kelainan dapat terjadi berulang pada 17% kasus dan dapat terjadi dengan derajat klinis berbeda-beda, serta kelainan bersifat sistemik. Sampai saat ini preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan, serta menjadi penyebab utama pula kematian dan kesakitan maternal maupun perinatal di Indonesia.
B. Pembagian Pre Eklamsia
1.
Pre eklamsia Ringan
Adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
Diagnosis :
Diagnosis pre eklamsi ringan di tegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
• Hipertensi : sistolik / diastolic ≥ 140/90 mmHg.
• Proteinuria : ≥ 300 mg / 24 jam
• Edema : edema local tidak dimasukan dalam criteria pre eklamsi, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
Adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
Diagnosis :
Diagnosis pre eklamsi ringan di tegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
• Hipertensi : sistolik / diastolic ≥ 140/90 mmHg.
• Proteinuria : ≥ 300 mg / 24 jam
• Edema : edema local tidak dimasukan dalam criteria pre eklamsi, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
2.
Pre Eklamsia Berat
Adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 gr / 24 jam.
Diagnosis :
Diagnosis ditegakkan berdasar criteria pre eklamsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini :
• Sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolic ≥ 110 mmHg
• Proteinuria lebih 5 gr / 24 jam
• Oliguria
• Kenaikan kadar kreatinin plasma
• Gangguan fisus dan serebral
• Nyeri epigastrium
• Edema paru-paru dan sianosis
• Hemolisis mikroangiopatik
• Trombositopenia berat
• Gangguan fungsi hepar
• Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat
• Sindrom HELLP
Adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 gr / 24 jam.
Diagnosis :
Diagnosis ditegakkan berdasar criteria pre eklamsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini :
• Sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolic ≥ 110 mmHg
• Proteinuria lebih 5 gr / 24 jam
• Oliguria
• Kenaikan kadar kreatinin plasma
• Gangguan fisus dan serebral
• Nyeri epigastrium
• Edema paru-paru dan sianosis
• Hemolisis mikroangiopatik
• Trombositopenia berat
• Gangguan fungsi hepar
• Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat
• Sindrom HELLP
C. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. penyebab pre-eklamsia hingga kini belum diketahui.
Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah :
- Kelainan aliran darah menuju rahim.
- Kerusakan pembuluh darah.
- Masalah dengan sistim ketahanan tubuh.
- Diet atau konsumsi makanan yang salah.
Namun jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklamsia akan segera berubah menjadi eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan perdarahan yang menyebabkan kematian. Maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah memastikan pemeriksaan rutin setiap bulan agar perkembangan berat badan serta tekanan darah ibu dapat terpantau secara baik.
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. penyebab pre-eklamsia hingga kini belum diketahui.
Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah :
- Kelainan aliran darah menuju rahim.
- Kerusakan pembuluh darah.
- Masalah dengan sistim ketahanan tubuh.
- Diet atau konsumsi makanan yang salah.
Namun jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklamsia akan segera berubah menjadi eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan perdarahan yang menyebabkan kematian. Maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah memastikan pemeriksaan rutin setiap bulan agar perkembangan berat badan serta tekanan darah ibu dapat terpantau secara baik.
D. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.
E. Gejala
Preeklamsia ringan: Tekanan darah yang tinggi, retensi air, protein dalam urin Preeklamsia berat: sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, tidak dapat melihat cahaya yang terang, kelelahan, nyeri di daerah epigastrium, mual/muntah, sedikit buang air kecil (BAK), sakit di perut bagian kanan atas, napas pendek dan cenderung mudah cedera. Segera hubungi dokter bila mengalami pandangan kabur, sakit kepala yang parah, sakit di bagian perut, dan/atau jarang sekali BAK.
Secara klinis, gejala-gejala preeklamsia adalah:
Preeklamsia ringan: Tekanan darah yang tinggi, retensi air, protein dalam urin Preeklamsia berat: sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, tidak dapat melihat cahaya yang terang, kelelahan, nyeri di daerah epigastrium, mual/muntah, sedikit buang air kecil (BAK), sakit di perut bagian kanan atas, napas pendek dan cenderung mudah cedera. Segera hubungi dokter bila mengalami pandangan kabur, sakit kepala yang parah, sakit di bagian perut, dan/atau jarang sekali BAK.
Secara klinis, gejala-gejala preeklamsia adalah:
1. Peningkatan tekanan darah. Sebagai patokan
digunakan batasan tekanan darah lebih dari 130/90 mmHg.
2. Terjadi
pembengkakan di daerah kaki dan tungkai. Pada kondisi yang lebih berat
pembengkakan terjadi di seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat pembuluh
kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel merembes dan masuk ke
dalam jaringan tubuh dan tertimbun di bagian tertentu.
3. Kadar
protein tinggi dalam urin karena gangguan ginjal. Gejala preeklampsia ringan
menunjukkan angka kadar protein urin yang tinggi, yaitu lebih dari 500 mg per
24 jam.
4. Kenaikan
berat badan lebih dari 1,36 kg setiap minggu selama trimester kedua, dan lebih
dari 0,45 kg setiap minggu pada trimester ketiga.
F. Faktor
Risiko
Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko preeklamsia, antara lain:
Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko preeklamsia, antara lain:
1. Sejarah preklamsia
Ibu hamil dengan sejarah keluarga ,seperti ibu atau saudara perempuannya pernah mengalami preeklamsia akan meningkatkan risiko ikut terkena. Risiko preeklamsia juga meningkat jika pada kehamilan sebelumnya si ibu mengalami preeklamsia.
Ibu hamil dengan sejarah keluarga ,seperti ibu atau saudara perempuannya pernah mengalami preeklamsia akan meningkatkan risiko ikut terkena. Risiko preeklamsia juga meningkat jika pada kehamilan sebelumnya si ibu mengalami preeklamsia.
2. Kehamilan
pertama
Di kehamilan pertama, risiko mengalami preeklamsia jauh lebih tinggi.
Di kehamilan pertama, risiko mengalami preeklamsia jauh lebih tinggi.
3. Usia
Ibu hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau usia remaja dan ibu hamil berusia di atas 35 tahun akan lebih besar risikonya menderita preklamsia.
Ibu hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau usia remaja dan ibu hamil berusia di atas 35 tahun akan lebih besar risikonya menderita preklamsia.
4. Obesitas
Preeklamsia lebih banyak menyerang ibu hamil yang mengalami obesitas.
Preeklamsia lebih banyak menyerang ibu hamil yang mengalami obesitas.
5. Kehamilan
kembar
Mengandung bayi kembar juga meningkatkan risiko preeklamsia.
Mengandung bayi kembar juga meningkatkan risiko preeklamsia.
6. Kehamilan
dengan diabetes.
Wanita dengan diabetes saat hamil memiliki risiko preeklamsia seiring perkembangan
kehamilan.
Wanita dengan diabetes saat hamil memiliki risiko preeklamsia seiring perkembangan
kehamilan.
7. Sejarah
hipertensi.
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia.
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia.
G. Pemeriksaan
dan Tes Diagnostik
1. Tes
diagnostik dasar
Pengukuran6 tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
Pengukuran6 tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
2. Tes
laboratorium dasar
Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi). Pemeriksaan sel darah juga dilakukan, untuk mengetahui adanya kemungkinan sel yang menghambat aliran darah.
Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan sebagainya). Pemeriksaan fungsi ginjal (ureumdankreatinin). Uji untuk meramalkan hipertensi Roll Over test Pemberian infus angiotensin II.
Juga dilakukan beberapa tes, termasuk diantaranya:
Fungsi pembekuan darah, pemeriksaan dengan USG untuk melihat pertumbuhan janin, dan pemindaian dengan alat Doppler untuk mengukur efisiensi aliran darah ke plasenta. Dan dianjurkan untuk melakukan tes stres janin untuk mengetahui janin tetap memperoleh pasokan oksigen dan makanan yang cukup dengan mengukur pergerakan bayi dan denyut jantung bayi.
Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi). Pemeriksaan sel darah juga dilakukan, untuk mengetahui adanya kemungkinan sel yang menghambat aliran darah.
Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan sebagainya). Pemeriksaan fungsi ginjal (ureumdankreatinin). Uji untuk meramalkan hipertensi Roll Over test Pemberian infus angiotensin II.
Juga dilakukan beberapa tes, termasuk diantaranya:
Fungsi pembekuan darah, pemeriksaan dengan USG untuk melihat pertumbuhan janin, dan pemindaian dengan alat Doppler untuk mengukur efisiensi aliran darah ke plasenta. Dan dianjurkan untuk melakukan tes stres janin untuk mengetahui janin tetap memperoleh pasokan oksigen dan makanan yang cukup dengan mengukur pergerakan bayi dan denyut jantung bayi.
H. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lainnya adalah :
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lainnya adalah :
1. Berkurangnya
aliran darah menuju plasenta
Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan berat kurang.
Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan berat kurang.
2. Lepasnya plasenta
Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya.
Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya.
3. Sindrom
HELLP
HELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah), Elevated liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.
HELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah), Elevated liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.
4. Eklamsia
Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya.
Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya.
5. Komplikasi
lain
• Solusio plasenta, biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut.
• Hipofibrinogenemia.
• Hemolisis.
• Perdarahan otak. Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
• Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
• Eedema paru-paru. hal ini disebabkan karena payah jantung.
• Nekrosis hati. nekrosis periportal hati merupakan akibat vasospasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
• Kelainan ginjal. kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
• Komplikasi lain. lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation).
• Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin
• Solusio plasenta, biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut.
• Hipofibrinogenemia.
• Hemolisis.
• Perdarahan otak. Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
• Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
• Eedema paru-paru. hal ini disebabkan karena payah jantung.
• Nekrosis hati. nekrosis periportal hati merupakan akibat vasospasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
• Kelainan ginjal. kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
• Komplikasi lain. lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation).
• Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin
I. TERAPI
& PENYELAMATAN
Satu-satunya obat yang manjur adalah dengan mempercepat persalinan, tapi pada preeklamsi di awal kehamilan, yang bisa dilakukan adalah:
Satu-satunya obat yang manjur adalah dengan mempercepat persalinan, tapi pada preeklamsi di awal kehamilan, yang bisa dilakukan adalah:
1. Bedrest
Mengulur waktu kelahiran bayi dengan istirahat total agar tekanan darah turun dan meningkatkan aliran darah menuju plasenta, agar bayi dapat bertahan. Anda diharuskan berbaring total dan hanya diperbolehkan duduk atau berdiri jika memang benar-benar diperlukan. Tekanan darah dan kadar protein urin akan dimonitor secara ketat. Jika preeklamsia sudah parah, kemungkinan Anda diminta beristirahat di rumah sakit sambil melakukan test stres janin untuk memonitor perkembangan janin.
Mengulur waktu kelahiran bayi dengan istirahat total agar tekanan darah turun dan meningkatkan aliran darah menuju plasenta, agar bayi dapat bertahan. Anda diharuskan berbaring total dan hanya diperbolehkan duduk atau berdiri jika memang benar-benar diperlukan. Tekanan darah dan kadar protein urin akan dimonitor secara ketat. Jika preeklamsia sudah parah, kemungkinan Anda diminta beristirahat di rumah sakit sambil melakukan test stres janin untuk memonitor perkembangan janin.
2. Obat
hipertensi.
Dokter dapat merekomendasikan pemakaian obat penurun tekanan darah. Pada preklamsia parah dan sindroma HELLP, obat costicosteroid dapat memperbaiki fungsi hati dan sel darah. Obat ini juga dapat membantu paru-paru bayi tumbuh bila harus terjadi kelahiran prematur.
Dokter dapat merekomendasikan pemakaian obat penurun tekanan darah. Pada preklamsia parah dan sindroma HELLP, obat costicosteroid dapat memperbaiki fungsi hati dan sel darah. Obat ini juga dapat membantu paru-paru bayi tumbuh bila harus terjadi kelahiran prematur.
3. Melahirkan.
Ini adalah cara terakhir mengatasi preeklamsia. Pada preklamsia akut/parah, dokter akan menganjurkan kelahiran prematur untuk mencegah yang terburuk. Kelahiran ini juga diperlukan kondisi minimal, seperti kesiapan tubuh ibu dan kondisi janin.
Ini adalah cara terakhir mengatasi preeklamsia. Pada preklamsia akut/parah, dokter akan menganjurkan kelahiran prematur untuk mencegah yang terburuk. Kelahiran ini juga diperlukan kondisi minimal, seperti kesiapan tubuh ibu dan kondisi janin.
J.
PENCEGAHAN
Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-eclamsia lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat dan terapi yang tepat untuk ibu dan janinnya. Dan dalam waktu itu harus dilakukan penanganan semestinya.
Walaupun pencegahan tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensi dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil.
Berikan penerangan tentang :
Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-eclamsia lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat dan terapi yang tepat untuk ibu dan janinnya. Dan dalam waktu itu harus dilakukan penanganan semestinya.
Walaupun pencegahan tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensi dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil.
Berikan penerangan tentang :
1. Manfaat
istirahat dan tidur, ketenangan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di
tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih
banyak duduk dan berbaring.
2. Minum
6-8 gelas air sehari
3. Olahraga
yang cukup
4. Serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein
5. Hindari
makanan yang digoreng dan junkfood, minum alkohol, berkafein, juga
6. Menjaga
kenaikan berat badan yang berlebihan.
7. Mengkonsumsi
multivitamin yang mengandung asm folat dan suplemen nutrisi.
8. Mengkonsumsi
makanan berserat.
Tujuan
utama penanganan ialah mencegah terjadinya pre-eklampsia berat, mencegah
terjadinya eklampsia maupun komplikasi yang dapat terjadi, melahirkan janin
hidup dengan trauma yang sekecil-kecilnya.
K. PENATALAKSANAAN
PREKLAMSIA
Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan :
Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan :
1. dapat
dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2. tidak
perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg).
3. istirahat
yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam
pada malam hari)
4. pemberian
luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5. pemberian
asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6. bila
tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30
mg/hari).
7. diet
rendah garam dan diuretik TIDAK PERLU
8. jika
maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
9. indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan
darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan
melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda
pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
10. jika
dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat.
Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11. pengakhiran
kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin
terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi
lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
12. persalinan
pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala II.
Penatalaksanaan
pre-eklampsia berat :
Dapat
ditangani secara aktif atau konservatif.
Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.
Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal.
Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar bersalin. Tidak harus ruangan gelap.
Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini :
- ada tanda-tanda impending eklampsia
- ada HELLP syndrome
- ada kegagalan penanganan konservatif
- ada tanda-tanda gawat janin atau IUGR
- usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.
Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal.
Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar bersalin. Tidak harus ruangan gelap.
Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini :
- ada tanda-tanda impending eklampsia
- ada HELLP syndrome
- ada kegagalan penanganan konservatif
- ada tanda-tanda gawat janin atau IUGR
- usia kehamilan 35 minggu atau lebih
DAFTAR
PUSTAKA :
-
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2008. Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB untuk pendidikan Bidan. ECG,Jakarta.
-
Rayburn, William F.2001.Obstetri dan
Ginekologi.Widya Medika.Jakarta
-
Kurniawati, Desi.2009.OBGYNACEA.TOSCA
Enterprise.Yogyakarta