Sabtu, 03 November 2012

KONSEP DASAR PRE-EKLAMSIA



KONSEP DASAR PRE-EKLAMSIA
A. Pengertian
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema. Dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Bila tekanan darah meningkat, tubuh menahan air, dan protein bisa ditemukan dalam urin. Hal seperti ini juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy induced hypertension (PIH).
Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Setiap ibu hamil memiliki kemungkinan untuk mengalami preeklampsia.
Pre-eklampsia timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi kehamilan. Adapun fenomena yang berkaitan dengan kelainan pre-eklampsia ini adalah: hanya terjadi pada wanita hamil, kelainan sering terjadi pada primigravida, terkait dengan geografis/demografis/ etnis, mother-inherited, tidak sesuai mendelian sederhana, kelainan dapat terjadi berulang pada 17% kasus dan dapat terjadi dengan derajat klinis berbeda-beda, serta kelainan bersifat sistemik. Sampai saat ini preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan, serta menjadi penyebab utama pula kematian dan kesakitan maternal maupun perinatal di Indonesia.

B. Pembagian Pre Eklamsia
1.      Pre eklamsia Ringan
Adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
Diagnosis :
Diagnosis pre eklamsi ringan di tegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
• Hipertensi : sistolik / diastolic ≥ 140/90 mmHg.
• Proteinuria : ≥ 300 mg / 24 jam
• Edema : edema local tidak dimasukan dalam criteria pre eklamsi, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.

2.       Pre Eklamsia Berat
Adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 gr / 24 jam.
Diagnosis :
Diagnosis ditegakkan berdasar criteria pre eklamsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini :
• Sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolic ≥ 110 mmHg
• Proteinuria lebih 5 gr / 24 jam
• Oliguria
• Kenaikan kadar kreatinin plasma
• Gangguan fisus dan serebral
• Nyeri epigastrium
• Edema paru-paru dan sianosis
• Hemolisis mikroangiopatik
• Trombositopenia berat
• Gangguan fungsi hepar
• Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat
• Sindrom HELLP

C.  Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. penyebab pre-eklamsia hingga kini belum diketahui.
Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah :
- Kelainan aliran darah menuju rahim.
- Kerusakan pembuluh darah.
- Masalah dengan sistim ketahanan tubuh.
- Diet atau konsumsi makanan yang salah.
Namun jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklamsia akan segera berubah menjadi eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan perdarahan yang menyebabkan kematian. Maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah memastikan pemeriksaan rutin setiap bulan agar perkembangan berat badan serta tekanan darah ibu dapat terpantau secara baik.
D.  Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.

E.   Gejala
Preeklamsia ringan: Tekanan darah yang tinggi, retensi air, protein dalam urin
Preeklamsia berat: sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, tidak dapat melihat cahaya yang terang, kelelahan, nyeri di daerah epigastrium, mual/muntah, sedikit buang air kecil (BAK), sakit di perut bagian kanan atas, napas pendek dan cenderung mudah cedera. Segera hubungi dokter bila mengalami pandangan kabur, sakit kepala yang parah, sakit di bagian perut, dan/atau jarang sekali BAK.
Secara klinis, gejala-gejala preeklamsia adalah:
1.       Peningkatan tekanan darah. Sebagai patokan digunakan batasan tekanan darah lebih dari 130/90 mmHg.
2.      Terjadi pembengkakan di daerah kaki dan tungkai. Pada kondisi yang lebih berat pembengkakan terjadi di seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat pembuluh kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel merembes dan masuk ke dalam jaringan tubuh dan tertimbun di bagian tertentu.
3.      Kadar protein tinggi dalam urin karena gangguan ginjal. Gejala preeklampsia ringan menunjukkan angka kadar protein urin yang tinggi, yaitu lebih dari 500 mg per 24 jam.
4.      Kenaikan berat badan lebih dari 1,36 kg setiap minggu selama trimester kedua, dan lebih dari 0,45 kg setiap minggu pada trimester ketiga.

F.   Faktor Risiko
Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko preeklamsia, antara lain:
1.       Sejarah preklamsia
Ibu hamil dengan sejarah keluarga ,seperti ibu atau saudara perempuannya pernah mengalami preeklamsia akan meningkatkan risiko ikut terkena. Risiko preeklamsia juga meningkat jika pada kehamilan sebelumnya si ibu mengalami preeklamsia.
2.      Kehamilan pertama
Di kehamilan pertama, risiko mengalami preeklamsia jauh lebih tinggi.
3.      Usia
Ibu hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau usia remaja dan ibu hamil berusia di atas 35 tahun akan lebih besar risikonya menderita preklamsia.
4.      Obesitas
Preeklamsia lebih banyak menyerang ibu hamil yang mengalami obesitas.
5.      Kehamilan kembar
Mengandung bayi kembar juga meningkatkan risiko preeklamsia.
6.      Kehamilan dengan diabetes.
Wanita dengan diabetes saat hamil memiliki risiko preeklamsia seiring perkembangan
kehamilan.
7.      Sejarah hipertensi.
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia.

G.    Pemeriksaan dan Tes Diagnostik
1.      Tes diagnostik dasar
Pengukuran6 tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
2.      Tes laboratorium dasar
Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi). Pemeriksaan sel darah juga dilakukan, untuk mengetahui adanya kemungkinan sel yang menghambat aliran darah.
Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan sebagainya). Pemeriksaan fungsi ginjal (ureumdankreatinin). Uji untuk meramalkan hipertensi Roll Over test Pemberian infus angiotensin II.
Juga dilakukan beberapa tes, termasuk diantaranya:
Fungsi pembekuan darah, pemeriksaan dengan USG untuk melihat pertumbuhan janin, dan pemindaian dengan alat Doppler untuk mengukur efisiensi aliran darah ke plasenta. Dan dianjurkan untuk melakukan tes stres janin untuk mengetahui janin tetap memperoleh pasokan oksigen dan makanan yang cukup dengan mengukur pergerakan bayi dan denyut jantung bayi.

H.    Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lainnya adalah :
1.      Berkurangnya aliran darah menuju plasenta
Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan berat kurang.
2.       Lepasnya plasenta
Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya.
3.      Sindrom HELLP
HELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah), Elevated liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.
4.      Eklamsia
Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya.
5.      Komplikasi lain
• Solusio plasenta, biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut.
• Hipofibrinogenemia.
• Hemolisis.
• Perdarahan otak. Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
• Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
• Eedema paru-paru. hal ini disebabkan karena payah jantung.
• Nekrosis hati. nekrosis periportal hati merupakan akibat vasospasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
• Kelainan ginjal. kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
• Komplikasi lain. lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation).
• Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin

I.       TERAPI & PENYELAMATAN
Satu-satunya obat yang manjur adalah dengan mempercepat persalinan, tapi pada preeklamsi di awal kehamilan, yang bisa dilakukan adalah:
1.      Bedrest
Mengulur waktu kelahiran bayi dengan istirahat total agar tekanan darah turun dan meningkatkan aliran darah menuju plasenta, agar bayi dapat bertahan. Anda diharuskan berbaring total dan hanya diperbolehkan duduk atau berdiri jika memang benar-benar diperlukan. Tekanan darah dan kadar protein urin akan dimonitor secara ketat. Jika preeklamsia sudah parah, kemungkinan Anda diminta beristirahat di rumah sakit sambil melakukan test stres janin untuk memonitor perkembangan janin.
2.      Obat hipertensi.
Dokter dapat merekomendasikan pemakaian obat penurun tekanan darah. Pada preklamsia parah dan sindroma HELLP, obat costicosteroid dapat memperbaiki fungsi hati dan sel darah. Obat ini juga dapat membantu paru-paru bayi tumbuh bila harus terjadi kelahiran prematur.
3.      Melahirkan.
Ini adalah cara terakhir mengatasi preeklamsia. Pada preklamsia akut/parah, dokter akan menganjurkan kelahiran prematur untuk mencegah yang terburuk. Kelahiran ini juga diperlukan kondisi minimal, seperti kesiapan tubuh ibu dan kondisi janin.

J.         PENCEGAHAN
Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-eclamsia lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat dan terapi yang tepat untuk ibu dan janinnya. Dan dalam waktu itu harus dilakukan penanganan semestinya.
Walaupun pencegahan tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensi dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil.
Berikan penerangan tentang :
1.      Manfaat istirahat dan tidur, ketenangan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.
2.      Minum 6-8 gelas air sehari
3.      Olahraga yang cukup
4.      Serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein
5.      Hindari makanan yang digoreng dan junkfood, minum alkohol, berkafein, juga
6.      Menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
7.      Mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asm folat dan suplemen nutrisi.
8.      Mengkonsumsi makanan berserat.
Tujuan utama penanganan ialah mencegah terjadinya pre-eklampsia berat, mencegah terjadinya eklampsia maupun komplikasi yang dapat terjadi, melahirkan janin hidup dengan trauma yang sekecil-kecilnya.

K.      PENATALAKSANAAN PREKLAMSIA
Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan
:
1.      dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2.      tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg).
3.      istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari)
4.      pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5.      pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6.      bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa 3x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7.      diet rendah garam dan diuretik TIDAK PERLU
8.      jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
9.       indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
10.  jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11.  pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
12.  persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
Penatalaksanaan pre-eklampsia berat :
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.
Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.
Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal.
Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar bersalin. Tidak harus ruangan gelap.
Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini :
- ada tanda-tanda impending eklampsia
- ada HELLP syndrome
- ada kegagalan penanganan konservatif
- ada tanda-tanda gawat janin atau IUGR
- usia kehamilan 35 minggu atau lebih


DAFTAR PUSTAKA :
-          Manuaba, Ida Bagus Gde, 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB untuk pendidikan Bidan. ECG,Jakarta.
-          Rayburn, William F.2001.Obstetri dan Ginekologi.Widya Medika.Jakarta
-          Kurniawati, Desi.2009.OBGYNACEA.TOSCA Enterprise.Yogyakarta

KONSEP DASAR ASMA



KONSEP DASAR ASMA

A.      Pengertian
Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Asma adalah salah satu manifestasi gangguan alergi. Asma merupakan penyakit kronik dari saluran pernapasan yang hilang dan timbul diduga mempunyai hubungan yang erat dengan sistem imun dari tubuh.
Asma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyimpitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.

B.       Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
1.         Faktor Predisposisi
-          Genetik.
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
2.    Faktor Prepisitas
-          Alergen
Dimana alergen dapat dibagai menjadi 3 jenis, yaitu :
a.       Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
b.      Ingestan, yahg masuk melalui mulut.
Ex : Makanan dan obat-obatan
c.       Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Ex : perhiasan, logam, dan jam tangan

-          Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga,. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

-          Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
-          Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polusi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

-          Olahraga / aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas.

C.       Tanda / Gejala Asma
1.      Kesulitan bernafas
2.      Kenaikan denyut nadi
3.      Nafas berbunyi, terutama saat menghembuskan udara
4.      Batuk kering
5.      Kejang otot di sekitar dada
Adapun tingkatan klinik asma dapat dilihat pad atabel berikut dibawah ini :
Tingkatan
PO2
PCO2
pH
FEVI (% predicted)
Alkalosis respiratori ringan
Alkalosis respiratori
Tingkat waspada
Asidosis respiratori
Normal
Normal
Normal
65 – 80
50 – 64
35 – 49
< 35

Pada kasus asma sedang, hipoksia pada awalnya dapat dikompensasi oleh hiperventilasi sebagai refleksi dari PO2 arteri normal, menurunnya PO2 dan alkalosis respiratori. Pada obstruksi berat, ventilasi menjadi berat karena Fatigue menjadikan retensi CO2. pada hiperventilasi, keadaan ini hanya dapat dilihat sebagai PO2 arteri yang berubah menjadi normal. Akhirnya pada obstruksi berat yang diikuti kegagalan pernafasan dengan karakteristik hiperkapnia dan asedemia.

D.      Jenis-Jenis Asma
Asma dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1.      Asma interisik (berasal dari dalam)
Yang sebab serangannya tidak diketahui
2.    Asma eksterisik (berasal dari luar)
Yang pemicu serangannya berasal dari luar tubuh (biasanya lewat pernafasan).
Serangan asma dapat berlangsung singkat atau berhari-hari. Bisanya serangan dimulai hanya beberapa menit setelah timbulnya pemicu. Frekuensi asma berbeda-beda pada tiap penderita. Serangan asma yang hebat dapat menyebabkan kematian.

E.       Patofisiologi
Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan herediter utama. Peningkatan respon saluran nafas dan peradangan berhubungan dengan gen pada kromosom 5, 6,11, 12, 14 & 16 termasuk reseptor Ig E yang afinitasnya tinggi, kelompok gen sitokin dan reseptor antigen Y –Cell sedangkan lingkungan yang menjadi alergen tergantung individu masing-masing seperti influenza atau rokok.
Asma merupakan obstruksi saluran nafas yang reversible dari kontraksi otot polos bronkus, hipersekresi mukus dan edem mukosa. Terjadi peradangan di saluran nafas dan menjadi responsive terhadap beberapa rangsangan termasuk zat iritan, infeksi virus, aspirin, air dingin dan olahraga. Aktifitas sel mast oleh sitokin menjadi media konstriksi bronkus dengan lepasnya histamine, prostalgladine D2 dan leukotrienes. Karena prostagladin seri F dan ergonovine dapat menjadikan asma, maka penggunaanya sebagai obat-obat dibidang obstetric sebaiknya dapat dihindari jika memungkinkan.

F.        Pemeriksaan Laboratorium
1.      Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
-          Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
-          Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
-          Crede yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
-          Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

2.      Pemeriksaan darah
-            Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
-            Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
-            Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15000 / mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
-            Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

G.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut :
-            Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.
-            Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
-            Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltratepada paru.
-            Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
-            Bila terjadi penuomonia mediastinum, pneuomotoraks dan penuomoperi kardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.



2.     Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3.     Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjaid selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu :
-            Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
-            Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle Branch Block).
-            Tanda – tanda hipoksemia, yakni sinus tachycardia, SVES dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4.      Scanning Paru
Dengan scaning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5.      Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidka saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

6.      USG
Ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya sejak awal. Pemeriksaan denga USG dilakukan sejak usia kehamilan 12 – 20 minggu untuk mengetahui pertumbuhan janin. USG dapat diulang pada TM II dan TM III terutama bila derajat asmanya berada pada tingkat sedang – berat.

7.      Electronic Fetal Heart rate Monitoring
Untuk memeriksa detak jantung janin

H.      Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1.      Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2.      Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma.
3.      Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatannya yang diberikan dan bekerja sama dengan dokter atauperawat yang merawatnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 , yaitu :
1.      Pengobatan non Farmakologik.
-       Memberikan penyuluhan
-       Menghindari faktor pencetus
-       Pemberian cairan
-       Fisiotherapy
-       Beri O2 bila perlu

2.      Pengobatan Farmakologi
a.    Bronkodilator yang melebarkan saluran nafas
Seperti aminofilin atai kortikosteroid inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. Obat antiasma umumnya tidak berpengaruh negatife terhadap janin kecuali adrenalin.
-          Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin karena penyempitan pembuluh daraj ke janin yang dapat mengganggu oksigenasi pada janin tersebut.
-          Aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus
b.    Menangani serangan asma akut (sama dengan wanita tidak hamil), yaitu:
-          Memberikan cairan intravena
-          Mengencerkan cairan sekresi di paru
-          Memberikan oksigen (setelah pengukuran PO2, PCO2) sehingga tercapai PO2 lebih 60 mmHG dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal.
-          Cek fungsi paru
-          Cek janin
-          Memberikan obat kortikosteroid
c.         Menangani status asmatikus dengan gagal nafas
-          Secepatnya melakukan intubasi bila tidak terjadi perubahan setelah pengobatan intensif selama 30 – 60 menit.
-           Memberikan antibiotik saat menduga terjadi infeksi
d.        Mengupayakan persalinan
-          Persalinan  spontan dilakukan saat pasien tidak berada dalam serangan.
-          Melakukan ekstraksi vakum atau forseps saat pasien berada dalam serangan.
-          Seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tidak pernah dilakukan.
-          Meneruskan pengobatan reguler asma selama proses kelahiran.
-          Jangan memberikan analgesik yang mengandung histamin tetapi pilihlah morfin atau analgesik epidural.
-          Hati-hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostagladin E2 karena dapat menyebabkan bronkospasme.
e.         Memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu.
-          Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi akan mengalami gangguan pencernaan, gelisah dan gangguan tidur.
-          Obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam air susu sangat kecil


I.       Pengaruh Terhadap Kehamilan & Persalinan
1.      Keguguran
2.      Persalinan prematur
3.      Pertumbuhan janin terhambat
Kompensasi yang terjadi pada fetus adalah :
a.       Menurunnya aliran darah pada uterus
b.      Menurunnya venous return ibu
c.       Kurva dissosiasi oksi ttb bergeser ke kiri
Sedangkan pada ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi :
a.       Menurunnya aliran darah ke pusat
b.      Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik
c.       Menurunnya cardiac output
Perlu diperhatikan efek samping pemberian obat-obatan asma terhadap fetus, walaupun tidak ada bukti bahwa pemakaian obat – obat anti asma akan membahayakan asma.

J.         Pencegahan Agar Tidak Terjadi Serangan Asma Selama Hamil
1.      Jangan merokok
2.      Kenali faktor pencetus
3.      Hindari flu, batuk, pilek atau infeksi saluran nafas lainnya. Kalu tubuh terkena flu segera obati. Jangan tunda pengobatan kalu ingin asma kambuh.
4.      Bila tetap mendapat serangan asma, segera berobat untuk menghindari terjadinya kekurangan oksigen pada janin
5.      Hanya makan obat-obatan yang dianjurkan dokter.
6.      Hindari faktor risiko lain selama kehamilan
7.      Jangan memelihara kucing atau hewan berbulu lainnya.
8.      Pilih tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi, juga hindari lingkungan dalam rumah dari perabotan yang membuat alergi. Seperti bulu karpet, bulu kapuk, asap rokok, dan debu yang menempel di alat-alat rumah tangga.
9.      Hindari stress dan ciptakan lingkungan psikologis yang tenang
10.  Sering – sering melakukan rileksasi dan mengatur pernafasan.
11.  Lakukan olahraga atau senam asma, agar daya tahan tubuh makin kuat sehingga tahan terhadap faktor pencetus.

Sumber :